Selangkah demi selangkah Brasil kian dekat ke partai final di
stadion bersejarah Estadio Maracana. Kemenangan tipis 2-1 atas Kolombia
dini hari tadi memastikan Tim Samba melaju mulus ke semifinal.
Artinya, hanya ada satu laga lagi yang memisahkan Brasil dengan partai
final di depan publik sendiri, seperti pada tahun 1950 silam.
Kemenangan atas Kolombia ini didapat Brasil tanpa jerih payah
ekstra hingga babak perpanjangan waktu, seperti pada babak 16 besar
menghadapi Chili beberapa hari lalu. Tapi, sebenarnya Brasil tampil tak
baik-baik amat. Dua gol yang dicetak pun didapatkan lewat proses bola
mati.
Kolombia sendiri bermain habis-habisan. Tapi, tertinggal
dua gol saat pertandingan sudah tinggal menyisakan waktu 20 menit,
membuat beban Kolombia untuk setidaknya menyamakan kedudukan semakin
berat. Meski sang bintang James Rodriguez sempat mengoyak gawang Julio
Cesar lewat titik penalti pada menit 80, Kolombia tetap terdepak. Kita
pun tak akan menyaksikan lagi selebrasi tarian penuh sukacita saat
mereka mencetak gol.
Perjudian Pekerman, Pergantian Scolari
Pelatih
Kolombia, Jose Pekerman, menerapkan kembali pola 4-2-3-1, setelah
sempat menggunakan 4-4-2 saat menghadapi Uruguay pada babak 16 besar.
Pekerman kembali mendorong James Rodriguez mundur agak lebih tengah,
seperti pada tiga pertandingan di fase grup.
Kesuksesan
Kolombia, mencetak 9 gol di fase grup tak lepas dari rotasi yang sering
Pekerman lakukan, khususnya di sisi duet poros ganda. Dengan memakai
4-2-3-1, dia sering menggonta-ganti duet pemain di tengah itu dengan
tipikal pemain yang berbeda-beda.
Melawan Yunani, misalnya. Ia
menduetkan dua gelandang murni yang cenderung bermain keras, Abel
Aguilar dan Alexander Meija. Lalu, pada laga selanjutnya berganti jadi
dua gelandang yang bertahan dan menyerang, lewat Carlos Sanchez dan
Aguilar. Pada laga dini hari tadi, Pekerman memakai dua poros ganda yang
sering naik ke depan dalam diri Sanchez dan Fredi Guarin. Ini
sesungguhnya sebuah perjudian yang beresiko.
Di lain sisi,
pelatih Brasil, Luis Felipe Scolari, mesti melakukan pergantian taktik
di lini tengah mengingat absennya Luis Gustavo akibat akumulasi kartu
kuning. Dia menduetkan Paulinho dan Fernandinho di posisi poros ganda.
Scolari
lalu melakukan perubahan signifikan di posisi fullback kanan.
Pasalnya, area kanan tersebut memang rapuh saat menerima serangan lawan
karena seringnya Daniel Alves melakukan overlaping. Bahkan, 2 dari 3
gol yang menembus gawang Julio Cesar selalu berawal dari sayap kanan.
Untuk mengatasi hal ini, Scolari memilih memainkan Maicon.
Suksesnya Fernandinho Gantikan Peran Gustavo
Salah
satu keberhasilan Scolari mematikan dominasi Kolombia di lini tengah
adalah peran Fernandinho yang begitu vital menjaga lini kedua Kolombia
kala menguasai bola. Ia sukses mematikan pergerakan Juan Guillermo
Cuadrado yang beroperasi di sisi kiri pertahanan Brasil.
Fernandinho
bermain disiplin dengan jarang meninggalkan posnya. Ia juga terbantu
oleh Marcelo yang memang diinstruksikan untuk tidak aktif membantu
serangan.
Taktik ini digunakan Scolari karena sisi kiri
pertahanan Brasil memang merupakan area rawan. Selain Cuadrado, Teo
Gutierrez pun kerap melebar dan beroperasi di daerah tersebut. Sang
striker tersebut cenderung berlari diagonal dari tengah ke sayap kiri,
untuk memberikan ruang bagi lini kedua Kolombia yang biasa menusuk
kemudian melakukan cut back.
Grafik Heat Map Fernandinho – Squawka.com
Saat
bertahan, Fernandiho akan berupaya menahan pemain Kolombia yang
menusuk ke kotak penalti dari sayap. Adalah peran Fernandinho yang
menyebabkan Kolombia tak bisa memaksimalkan serangan dari sayap kanan.
Fernandinho
juga menjadi tembok kokoh yang sulit ditembus oleh James Rodriguez.
Gelandang Manchester City ini bermain mirip dengan apa yang dilakukan
Gustavo dalam tiga pertandingan terakhir. Ia berhasil menutup pos yang
ditinggal David Luiz saat pemain Chelsea tersebut ikut menyerang.
Peran
yang tidak kalah pentingnya dalam soal menggalang pertahanan
ditunjukkan Oscar. Ia bermain lebih ke dalam dan lebih rapat. Sekilas,
ia bermain hampir sejajar dengan Fernandinho dan Paulinho. Scolari
mengorbankan sisi kanan penyerangan Brasil dengan membairkan Oscar
bermain lebih defensif.
Ancaman Maicon di Sisi Kanan
Dengan
menginstruksikan Oscar untuk bermain lebih dalam, Scolari tampaknya
ingin memancing Ibarbo dan Romero untuk naik. Ini mengakibatkan sisi
kiri pertahanan Kolombia menjadi lebih terbuka, dan bisa kapan saja
segera dieksploitasi pemain Brasil saat melakukan serangan balik,
terutama melalui Maicon.
Bisa dicermati, bahwa peran Maicon dan
Dani Alves sebenarnya mirip. Keduanya diminta untuk melakukan overlap
untuk membantu serangan. Tapi, Alves kemudian menjadi titik lemah karena
ia kurang sigap kala bertahan.
Menggantikan Alves oleh Maicon
sebenarnya sudah terdengar sejak A Selecao menang atas Chile di
pertandingan 16 besar. Pergantian tersebut murni karena penurunan
kualitas Alves. Subuh tadi, terlihat bahwa pilihan untuk menurunkan
Maicon sejak menit pertama adalah benar. Di babak pertama, ia menjadi
kunci serangan Brasil untuk mengeksploitasi sisi kiri pertahanan
Kolombia. Ketika bertahan, ia pun tidak mengalami kesulitan karena
dibantu oleh Oscar maupun Paulinho yang bermain lebih bertahan.
Memaksa Kolombia Salah Umpan
Sejak
awal pertandingan, Brasil selalu melakukan pressing ketat. Ini membuat
pemain Kolombia tak punya waktu untuk berlama-lama dengan bola. Umpan
ke lini depan pun menjadi tidak maksimal dan sering dipatahkan lini
tengah Brasil.
Tak terlihat permainan pendek dari kaki ke kaki
seperti yang diperagakan Kolombia seperti empat pertandingan
sebelumnya. Ini mirip dengan apa yang dialami Chile kala menghadapi
Neymar dkk. Bedanya, Chile pun berhasil membuat Brasil melakukan umpan
lambung yang membuat skema serangan kedua tim menjadi tidak berjalan.
Tapi Kolombia tidak melakukan hal itu. Pemain Brasil masih dapat dengan bebas menggiring bola di area tengah lapangan.
[Grafis tekel Brasil Sepanjang Pertandingan]
Untuk
menghentikan penguasaan bola Brasil, dan juga serangannya, sejak menit
ke-25, Kolombia terlihat bermain dengan satu penyerang, dengan
Rodriguez ditarik bermain agak ke tengah. Kolombia bermain lebih rapi
dengan menutup celah di lini pertahanan.
Perubahan posisi
Rodriguez ini membuat Sanchez dan Guarin bermain jadi poros ganda untuk
membantu pertahanan. Awalnya, hanya Sanchez yang diplot untuk menahan
serangan Brasil, sementara Guarin bermain tak tentu arah. Kadang ada di
depan Cuadrado, dan seringkali berdiri sejajar dengan Rodriguez.
Perubahan ini cukup signifikan. Neymar maupun Hulk tak lagi leluasa
untuk menjemput bola ke lini tengah.
Cuadrado Mencari Bola Ke Tengah
Kolombia
lebih menitikberatkan awal serangan dari sisi kiri, yaitu sektor yang
diisi Armero dan Ibarbo. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, Oscar
sendiri lebih sering berada di area dalam, sehingga ada ruang untuk
Armeroi naik. Tapi kombinasi ini tak mampu berbuat banyak.
Seperti
biasa, Armero menjelajah sisi kiri Kolombia. Ia mencatatkan lima umpan
silang yang merupakan jumlah terbanyak yang ia lakukan selama Piala
Dunia. Sayangnya, kontribusi tersebut tak diiringi oleh penampilan apik
dari Ibarbo, yang hanya main setengah babak. Umpan suksesnya hanya
60%, sedangkan Armero bisa mencatatkan 81%. Itu pun dengan jumlah umpan
yang jauh lebih banyak.
Akibatnya, sisi kiri Kolombia jadi tidak
maksimal. Ini memaksa Cuadrado untuk mencari bola ke tengah, ketimbang
menyisir sisi sayap hingga ujung kotak penalti. Apalagi di sayap kanan
ada kombinasi Fernandinho dan Marcelo yang sangat disiplin menjaga
area masing-masing.
Pertahanan ketat Brasil di kanan ini membuat
Zuniga juga tidak aktif membantu serangan. Sepanjang pertandingan, ia
sama sekali tidak melakukan umpan silang ke kotak penalti Brasil.
[Heat map Cuadrado – Sering Bergerak ke Tengah]
Kolombia
sendiri sebenarnya tak bermain buruk. Patut diapresiasi bagaimana
mereka berani untuk menyerang dan bertahan dengan cepat. Peran dua poros
ganda yang cenderung ofensif membuat mereka mampu menekan para
gelandang Brasil untuk merapat pada back four. Sering terlihat bagaimana
Kolombia mampu memainkan bola-bola pendek di depan kotak penalti
Brasil dengan leluasa.
Hanya saja, pressing ketat yang
dilakukan Brasil membuat serangan Kolombia dengan mudah dipatahkan.
Kondisi ini yang membuat frustasi Kolombia, hingga memilih pola
serangan didominasi oleh dribling ke kotak penalti yang terlihat
terlalu memaksa.
Pertandingan Brasil menghadapi Kolombia sendiri
berlangsung dalam tensi tinggi. Sejumlah tekel yang berbuah
pelanggaran mewarnai pertandingan ini. Di babak pertama, kedua tim
sama-sama melakukan 12 kali pelanggaran, meski tak dapatkan kartu
kuning. Di babak kedua, pertandingan berjalan lebih keras lagi.
Total
18 pelanggaran dilakukan Brasil sementara Kolombia 11 pelanggaran.
Tekel menjurus pelanggaran ini mesti dilakukan karena kedua tim
memainkan tempo yang cepat saat menyerang dan bertahan. Sehingga, butuh
upaya agar serangan lawan terhenti sejenak.
Efek Pergantian Pemain terhadap Kedua Tim
Di
awal babak kedua, Kolombia seolah berada dalam tekanan sementara
Brasil bermain lebih santai dan lebih berani menyerang. Pekerman
sendiri coba untuk merapihkan serangan Kolombia dengan memasukkan
Adrian Ramos untuk menggantikan Ibarbo. Tapi, lini pertahanan Brasil
masih lebih tangguh untuk dibongkar Kolombia.
Hal ini membuat
Rodriguez frustasi dan akhirnya melakukan pelanggaran di depan kotak
penalti. Berawal dari pelanggaran inilah David Luiz lalu mencetak gol
lewat tendangan bebas dan menambah keunggulan Brasil menjadi dua gol.
Pada
menit ke-72, Carlos Bacca masuk menggantikan Teofilo Gutierrez yang
perannya tidak terlalu kelihatan malam itu. Sepanjang 70 menit berlaga,
pemain River Plate ini sama sekali tidak melakukan satu tendangan pun
ke gawang Brasil. Posisinya selalu bisa ditutup Silva dan Marcelo
sehingga rekan-rekannya kesulitan untuk memberi suplai bola.
Kehadiran
Bacca membawa pengaruh positif bagi Kolombia. Bacca adalah tipe
striker yang sering turun menjemput bola. Gol pertama Kolumbia lahir
karena saat berakselerasi ia dijagal Julio Cesar, sehingga wasit
memberikan tendangan penalti.
Tapi, pergantian tersebut seolah terlambat, karena Kolombia masih tak mampu mencetak gol hingga peluit berakhir.
Pekerman
juga telat memasukkan Ramos. Sepanjang 45 menit babak kedua
berlangsung, ia melakukan 16 umpan dan dua tendangan langsung ke gawang.
Ini yang tidak bisa ditunjukkan Ibarbo yang diplot di sisi kiri
penyerangan Kolombia.
Tiga pergantian Brasil tidak memperbarui
cara menyerang Brasil. Scolari mengganti Hulk dengan Ramires yang kuat
dalam bertahan pada menit ke 83. Pun ketika ia mengganti Paulinho dengan
Hernanes tiga menit kemudian.
Keinginan untuk mengamankan
kemenangan ditunjukkan Scolari saat ia memasukkan Henrique yang
berposisi sebagai bek untuk menggantikan Neymar yang cedera pada menit
ke-89. Padahal, Scolari bisa saja memasukkan Bernard, yang memiliki
posisi yang sama dengan Neymar.
Kesimpulan
Kehilangan
Luiz Gustavo tak berdampak besar bagi pertahanan Brasil. Scolari
mengantisipasinya dengan menginstruksikan Fernandinho di pos tersebut.
Demi menjaga kesolidan pertahanan, Oscar turut ditarik dan diwajibkan
untuk ikut bertahan.
Sisi kanan Brasil yang lowong nyatanya tak
mampu dieksploitasi poros Ibarbo-Armero. Keduanya bermain seperti tanpa
komunikasi. Sisi ini lantas dimaksimalkan Maicon untuk ikut membantu
serangan, karena sisi kiri Kolombia sering dibiarkan kosong saat
menyerang.
Pekerman sendiri membuat blunder dengan memasukan
Fredy Guarin. Ia tak mampu mengimbangi Sanchez untuk menjaga lini
pertahanan Kolombia. Praktis, sepanjang babak pertama, Sanchez berjuang
sendirian menghalau serangan Brasil. Ini yang membuat lini pertahanan
Kolombia keropos.
Melihat jalannya pertandingan, Kolombia memang
pantas kalah. Permainan anak asuh Pekerman tersebut kalah segalanya dari
Brasil. Taktik berbeda yang diterapkan Pekerman nyatanya menjadi
bumerang dan mengakibatkan tersendatnya cara bermain Kolombia.
Sabtu, 05 Juli 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar